Hari terakhir di Garut. Kita menuju ke Kampung Naga, sebuah desa adat yang masyarakatnya mempunyai tradisi lama yang tetap dipertahankan. Keunikan kampung adat ini adalah bangunan-bangunan rumah mereka yang unik dan dibuat seragam, mulai dari bahan bangunan sampai pada potongan bangunan dan arah menghadapnya. Kampung adat ini terletak di Desa Neglasari, di antara Garut dan Tasikmalaya. Kita berangkat ke sana naek Elf jurusan Tasikmalaya. Biasa.. minta dikasih tau Pak Supir turunnya dimana :)
Untuk sampai ke sana, kita harus menuruni anak tangga sebanyak krg lbh 360an, melewati hamparan sawah, sebelum akhirnya terlihat atap2 rumah mereka dikejauhan dan sampailah kita disana. Sebelumnya, kita kudu mencari guide di dkt2 arah masuk kesana (bisa ditemui di warung2 tempat makan dkt situ) dan mereka akan mengantar dgn bayaran Rp. 20,000 (waktu itu lhoh..). Sebenernya mungkin tanpa guide bisa aja kita kesana sendiri, tp biar lebih pede aja gitu lhoh.. daripada disana kita gak diterima? Tul gak?
Disana kita bisa melihat bahwa rumah2 mereka adalah rumah panggung, berbahan kayu dan bambu dan konon didalam rumah tidak boleh ada perabotan seperti meja dan kursi. Rumah2 mereka bersusun bertingkat, makin lama di dataran yang makin tinggi, jd kalo dari atas, keliatan atap2 rumah yang dibawahnya saja berderet sejajar. Masyarakatnya sih lumayan welcome dengan pendatang luar, mereka gak memandang aneh ke kita dan malahan mereka mau difoto bersama (dan rada senang gitu dikasih liat hasil fotonya di kamera). Halah.. jgn2 kalo ada kamera di sana, narsis juga kyk kita ;p
Secara keseluruhan, Kampung Naga ini unik dech..
Untuk sampai ke sana, kita harus menuruni anak tangga sebanyak krg lbh 360an, melewati hamparan sawah, sebelum akhirnya terlihat atap2 rumah mereka dikejauhan dan sampailah kita disana. Sebelumnya, kita kudu mencari guide di dkt2 arah masuk kesana (bisa ditemui di warung2 tempat makan dkt situ) dan mereka akan mengantar dgn bayaran Rp. 20,000 (waktu itu lhoh..). Sebenernya mungkin tanpa guide bisa aja kita kesana sendiri, tp biar lebih pede aja gitu lhoh.. daripada disana kita gak diterima? Tul gak?
Disana kita bisa melihat bahwa rumah2 mereka adalah rumah panggung, berbahan kayu dan bambu dan konon didalam rumah tidak boleh ada perabotan seperti meja dan kursi. Rumah2 mereka bersusun bertingkat, makin lama di dataran yang makin tinggi, jd kalo dari atas, keliatan atap2 rumah yang dibawahnya saja berderet sejajar. Masyarakatnya sih lumayan welcome dengan pendatang luar, mereka gak memandang aneh ke kita dan malahan mereka mau difoto bersama (dan rada senang gitu dikasih liat hasil fotonya di kamera). Halah.. jgn2 kalo ada kamera di sana, narsis juga kyk kita ;p
Secara keseluruhan, Kampung Naga ini unik dech..